“Pak ngapunten bade tanglet,
menawi desa Tlilir niku pundi nggih”
saya harus bertanya kepada
seorang petani yang sedang menaikkan hasil panennya ke atas sepeda motor di
tepi jalan. Walaupun Tlilir masih termasuk wilayah Kabupaten Temanggung
tepatnya di kecamatan Tlogomulyo, saya belum pernah mengunjunginya, baru pagi
ini saya berniat menghadiri undangan Komunitas ALIR, diajak menyaksikan Jamasan
Sorbong Gobang.
“lha niku mas, rumah itu sudah
masuk desa Tlilir” jawab bapak petani sambil tanggannya menunjuk rumah besar
dengan tiang yang tinggi.
“oh nggih pak, matur suwun” saya
berterimakasih.
.
.
Motor langsung saya hidupkan,
perlahan melahap tanjakan masuk desa. Rumah yang tadi di tunjuk bapak petani
semakin dekat, rumah berwarna merah dengan tiang tinggi terlihat sangat megah
dari dekat. Dalam hati sangat kagum, di desa paling tinggi ini punya rumah
megah, rumah bak istana yang digunakan syuting FTv untuk menggambarkan kekayaan
seseorang.
.
.
Semakin masuk ke desa, ternyata
rumah megah di ujung jalan masuk desa itu tak hanya dia saja, hampir setiap
jalan, rumah berarsitektur sama, tiang tinggi dengan atap cor beton, terlihat
sangat megah. Membuat saya di sepanjang jalan bergumam,
“ini bukan desa seperti yang saya
kira, ini adalah sebuah kota di lereng gunung”.
Saat saya sampai di pelataran
balai desa Tlilir, tak terlihat satu orang pun di sana, saya berangkat kepagian
ternyata. Saya niat datang lebih pagi agar bisa melihat megahnya gunung Sumbing
dari dekat sebelum tertutup awan.
.
.
Tak lama beberapa anggota
Komunitas ALIR datang, kita saling bersalaman dan berkenalan. Hanya dua orang
yang baru saya kenal di komunitas ini, Mbak Dini dan Mbak Ika. Sambil menikmati
arem-arem yang dibawakan mbak Dini saya ngobrol dengan salah satu anggota
kumunitas, ternyata kekaguman saya dengan desa ini sama dengan dia, lagi-lagi
ada kata, ini bukan desa tapi kota. Dia menyebutnya dengan istilah City on
the Hill malah.
.
.
Seorang pemuda desa menghampiri kita,
dia menyapa dan berkenalan. Namanya Mas Angga, pemuda asli desa Tlilir. Saya
juga langsung memperkenalkan diri dengan mas Angga sambil sedikit obrolan
mengapa ada Jamasan Sorbong Gobang dan kekaguman saya pada desa yang punya
bangunan rumah megah-megah ini.
.
.
Tak hanya rumah-rumah megah yang
terlihat ini, dari dulu desa tlilir sudah menampakan kemajuan yang pesat.
Menurut Mas Angga, desa ini termasuk desa pertama kali yang dialiri listrik dan
diaspal jalannya. Katanya, itu semua untuk memperlancar akses pembelian
tembakau yang terkenal itu. Tembakau Sritil namanya.
Obrolan kita terpotong oleh
teriakan teman-teman lain yang mengabarkan warga desa sudah siap untuk
melakukan arak-arakan Srobong Gobang serta beberapa gunungan hasil bumi. Saya
pun langsung bersiap diri menuju pinggir jalan.
.
.
Terlihat dari kejauhan rombongan
mulai berangkat dari ujung desa. Sebuah Srobong atau alat merajang tembakau,
kalau di tempat saya namanya Cacak (pernah saya tulis di festifal lembutan
Bansari) di letakkan di papan dan dipanggul oleh empat pemuda dengan
menggunakan pakaian adat. Di atas Sorbong itu juga terdapat sebua Gobang atau
pisau pemotong tembakau. Alat ini memang khusus dan juga bisa mempengaruhi
kwalitas tembakau rajangannya nanti.
Arakan paling depan ada seorang laki-laki
dengan dandanan layaknya pengantin jawa diikuti oleh rombongan pembawa Srobong
Gobang serta hasil bumi. Uniknya para penduduk setempat tidak ikut dari awal
dalam arak-arakan, mereka menunggu di sepanjan pinggir jalan yang akan dilalui
oleh arak-arakan. Semua warga menenteng tumpeng, ingkung ayam berserta jajanan
pasar yang dikikat dengan taplak meja. Sesaat arakan lewat mereka langsung
bergabung di belakangnya, pun dengan saya yang mengikuti arakan. Rombongan
arakan menjadi sangat panjang.
.
.
Tujuan dari arak-arakan ini
adalah makam desa, dimana nantinya acara jamasan ini dijadikan satu rangkaian
dengan merti dusun. Makam desa yang terletak di timur desa menjadi sangat ramai
dengan kedatangan arak-arakan ini.
.
.
Srobong Gobang diletakkan di
depan pintu masuk desa. Upara jamasan langsung di laksanakan. Sesepuh desa
memimpin jalannya upacara jamasan. Disiapkan air kembang di sebuah ember besar.
Setelah semua siap, do’a mulai dipanjatkan. Semua orang khitmat mengamini
setiap do’a yang di panjatkan.
.
.
Setelah do’a selesai, sesepuh
desa mulai mengambil air kembang di dalam ember besar dengan gayung bathok lalu
disiramkannya air itu ke Sorbong Gobang. Kucuran air mulai membasahi dari ujung
Sorbong merata sampai ujung lainnya. Selanjutnya giliran Pak Lurah yang menyiramkan.
Warga desa langsung meraksek menyerbu untuk bergantian menyiramkan air ke
Srobong Gobang setelah Pak Lurah selesai.
.
.
Harapan dengan dilakukanya
Jamasan Srobon Gobang ini tidak lain adalah hasil tembakau yang mereka tanam
berhasil dan juga mempunyai nilai jual tinggi. Mereka sangat berharap kualitas
tembakau selalu terjaga dengan dilakukannya Jamasan Srobong Gobang. Terselip
juga do’a agar harga Jual Tembakau kembali kemasa jayanya.
Tembakau memang sudah menjadi
harapan mereka dalam mendulang uang sejak jaman dahulu. Kualitas yang sudah
diakui oleh semua kalangan membawa mereka dalam kejayaan. Bahkan sampai muncul
istilah Emas Hijau untuk tembakau, karena dulu harganya sebanding dengan emas.
Berbeda dengan sekarang, harga yang tak bisa lagi mereka predeksikan. Kadang
bisa membuat rugi petani malah.
.
.
Setelah Jamasan Selesai mereka
berpindah, mencari tempat yang nyaman untuk menyatap tumpeng dan Ingkung yang
mereka siapkan dari rumah. Lumayan saya kebagian banyak dan membuat saya
kekenyangan kala itu. Acara ini menjadi sebuah Selamatan bagi mereka
supaya di tahun ini Tembakau menemui Jayanya kembali.
Baca juga : Melihat Ritual Cukur Rambut Gombak Desa Cepit Pager Gunung Temanggung
Baca juga : Melihat Ritual Cukur Rambut Gombak Desa Cepit Pager Gunung Temanggung
Srintil dari Lereng Sumbing
Cindy tidak percaya dengan apa
yang sedang dia pegang, sebuah gumpalan hitam pekat, terlihat berlinang namun
kering, katanya mempunyai aroma seperti nangka bercampur salak. Dia terus
melihatnya memutar-mutarkannya dan juga mencium aromanya. Terlihat dahinya
berkerut bertanda dia penasaran sekali dengan apa yang dipeganggnya. Ayahnya
Mas Angga belum mau memberitahu apa yang di peganggnya. Cindy mulai jengkel dan
sangat penasaran dengan apa yang di pegang.
.
.
Tidak lama Ayahnya mas Angga
memberitahu juga, yang barusan Cindy pegang adalah Tembakau Srintil. Tembakau
dengan harga yang super mahal.
“masa pak, tembakau koq baunya
enak gini” Cindy tidak percaya dengan yang dikatakan Ayahnya mas Angga,
![]() |
Bagi Cindy yang berasal dari
Purworejo dan dia kurang suka dengan tembakau dan perokok merasa kaget dengan
apa yang dilihatnya. Saya yang menyaksikan hanya tertawa dengan wajah penasaran
Cindy yang kadang masih tidak percaya kalau itu tembakau.
.
.
Malam itu saya beserta dua orang
teman dari Purworejo Cindy dan Arif bermalam di rumah mas Angga. Kedatangan
saya ke sana sebenarnya untuk menyaksikan perayaan khataman desa. Tapi saya
mendapatkan bonus cerita Tembakau Srintil dan diperlihatkan seperti apa
tembakau super mahal itu oleh Ayahnya Angga. Sebuah cerita lanjutan kala saya
masih penasaran dengan Jamasan Sorbong Gobang yang mereka lakukan, Ternyata
desa ini penghasil Tembakau Srintil yang mahal itu.
.
.
Tembakau Srintil ini menemui
kejayaannya pada tahun 1977, 1979, 1982, 1988, 1991 dan 1993. Di tahun-tahun
itu yang paling diingat oleh ayahnya Mas Angga. Harganya luar biasa, hampir
setara dengan Emas. Perkilonya Rp. 20.000,- di tahun itu emas pergramnya berkisar
antara Rp. 2.000-5. 000 kalau tidak salah. Dibandingkan sekarang ini seperti
murah ya, tapi itu masa dulu saat nilai mata uang kita tinggi.
.
.
Pada tahun-tahun itu hampir semua
tembakau yang dimiliki warga Tlilir menjadi Srintil. keberuntungan benar-benar
menaungi mereka, karena memang tidak setiap tembakau yang di tanam menjadi
tembakau Srintil. Faktor cuaca dan pengolan tanah sangat berpengaruh.
.
.
Tembakau Srintil ini berasal dari
variates Kemloko asli dari Temanggung. Cuaca kemarau panjang, Tembakau srintil
biasanya muncul. Tidak ada yang bisa mengira Tembakau itu akan menjadi Srintil
atau biasa saja. diketahui setelah tembakau dipetik dan disimpan, pada saat
penyimpanan diketahui dari aroma yang akan sangat menyengat karena kadar
nekotin yang sangat tinggi. Selain itu dalam penjemuran tak cukup hanya satu
hari, bahkan memerlukan 3-5 hari.
.
.
Pada tahun kemarin sedikit
Tembakau yang menjadi Srintil, menurut Ayahnya Mas Angga karena faktor cuaca.
Ayahnya mas Angga juga menambahkan soal pengolahan tanah dan Tembakau yang
berbeda dengan masa jayanya. Banyak obat kimia yang sudah digunakan serta
kualitas hasil mencangkul orang sekarang berbeda. tapi dengan semua hasil yang
sudah ada tahun demi tahun itu patut disyukuri karena sudah banyak membawa
perubahan di Desa ini. Jadi pantas saja hampir semua rumah di desa ini megah
walau terletak di lereng gunung Sumbing. Mereka pernah punya Srintil dengan
harga yang luar biasa.
Baca Juga : Serunya Berlari-lari di Bukit Kembang Arum
Jamasan Sorbong Gobang
Desa Tlilir, Tlogomulyo, Temanggung
12 April 2019
Baca Juga : Serunya Berlari-lari di Bukit Kembang Arum
Jamasan Sorbong Gobang
Desa Tlilir, Tlogomulyo, Temanggung
12 April 2019
46 Comments
wah kearifan lokal yang selalu aku suka
ReplyDeleteiya, semua desa sekarang punya kearifan, tinggal bagaimana mengangkatnya
DeleteOh..jadi seperti itu penampakan Srintil to.. TFS y mas.. Ohya, kemarau tahun ini lumayan panjaaang, mungkin akan ada banyak Srintil di Tlilir y mas..?
ReplyDeleteiya tahun ini sepertinya akan lumayan banyak. tadi saja sudah dengar harganya yang sampai gudang 310 rb
DeleteTembakau srintil kok fotonya mirip kayak cokelat ahahahaha.
ReplyDeleteGusti, pikiranku jauh banget ya :-D
podo karo cewek kae mau, ora percoyo nek iku tembakau koq, gek wangi neh
DeleteSejak pindah dari jateng ke jatim udah lama g denger Jamasan..
ReplyDeleteBaru mengerti soal tembakau srintil. Kabarnya tahun ini kemarau panjang. Berarti bakal muncul yantembakau srintilnya
jamasan, kemarin pas suro banyak ini mas yang melakukan jamasan
Deleteiya untuk tahun ini sudah banyak yang jadi srintil, harganya juga lumayan 300rb
Akhirnya lihat penampakan tembakau srintil. Selama ini denger dong dr temen, denger namanya suka ketawa krn kedengerannya lucu.
ReplyDeleteiya, namanya emang sedikit asing. tapi nama itu konon juga ada sejarahnya, masih saya cari
DeleteStorytellingnya bagus banget, jadi tahu cerita kearifan lokal disana ;)
ReplyDeleteKaget juga begitu tahu nilai tembakau bisa lebih mahal dari emas :D
Regards,
HEYDEERAHMA.COM
terimakasih, masih belajar buat cerita juga. iya mamang jaman dulu tembakau luar biasa, sampai dijuluki emas hijau
Deletewahhh saya baru tau ternyata ada kemegahan di lereng gunung. Salut!
ReplyDeleteiya, tak menyangaka memang, ini berkat tanah yang subur di lereng sumbing
DeleteKalau melihat infrastrukturnya sekilas dari foto-fotomu, Desa Srintil ini mungkin lebih tepat di sebut sebagai kota kecil ya. Mungkin karena kekayaan dari hasil jual tembakau selama bertahun-tahun, mas. Btw, yang kamu sebut "tiang" di rumah itu mungkin maksudnya "pilar" kali ya.
ReplyDeleteEh aku juga bukan perokok, tapi menurutku bau tembakau itu memang enak sih. Mungkin masalah selera aja kali.
iya, mirip kota kecil dengan rumah megah,
Deleteeh iya pilar ya itu istilahnya, duh...terimakasih koreksinya
kalau tembakau srintil ini berbeda memang aromanya dengan tembkau bisa, lebih harum mirip buah salak
Unik ceritanya. Pasang surut keberadaan tembakau, yg pernah mengalami kejayaan. Dilema yah, di satu sisi ada larangan rokok, tapi sisi lain sebuah desa sangat tergantung akan tembakau...Semoga ada solusi ya...
ReplyDeleteiya memang, belum terpecahkan tentang masalah ini, kalau di daerah sini memang masih sangat bergantung dengan tembakau
DeleteWah ini budaya lokalnya unik banget ya. Semoga tetap lestari sebagai bagian dari budaua nusantara
ReplyDeleteWaktu ke daerah Wonosobo aku melihat perkebunan tembakau. Pernah iseng nyium bau daunnya, gak terasa bau rokok deh. Mungkin aromanya baru keluar setelah dibakar ya
Btw jadi itu tembakau Srintil terbentuk dengan sendirinyakah?
tradisinya menag unik, semoga terus sepeerti ini
Deletebau tembakau akan keluar setelah diolah dan kering,
tapi kalau yang srintil ini dari pasca pelayuan itu sudah ada tanda-tanda harum dan terbentuk secara alami
Waah Temanggung dekat rumah nenekku nih. Dulu jaman aku kecil tahun 80 an pak haji-pak haji tetangga bisnisnya tembakau dari Temanggung ini. Sukses sukses pada jamannya. Mungkin salah satunya tembakau Srintil ini ya mas.
ReplyDeleteyah pak kaji temanggung rata-rata Haji tembakau, seperti tahun kemarin satu desa bisa seratus orang yang berangkat haji, dampak Tembakau bagus tahun 2011
DeleteWow, rumah-rumahnya lebih besar dari rumah saya. Ahahaha.
ReplyDeleteMemang agak susah sih kalau tembakau (untuk rokok) mau kembali ke masa jayanya. Selain beberapa alasan yangvsudah dikemukakan di atas, masyarakat mulai sadar akan bahaya rokok. Selain itu, mulai bermunculan vape dan rokok elektrik sebagai pengganti rokok konvensional.
Terima kasih ceritanya. Tulisannya keren :)
besar-besar memang rumahnya keren,
Deleteitulah persaingan tembakau akhir-akhir ini, bingung juga memang tapi belum ada penggantinya juga sih buat petani mau nanam apa
Wah, aku baru tau ya foto tersebut tembakau srintil, kirain apa :) Eh ternyata harganya mahal kayak emas hehehe. Gimana zaman dulu ya tembakau beginian sepertinya unik, disayang2 banget. Ternyata ada cara penjemurannya bisa 3-5 hari. Bagus dong ya tempat tinggal orang2 di sana megah2 karena punya srintil yg mahhhal :D
ReplyDeleteiya, banyak yang gak ngira kalau itu tembakau, apalagi kalau bener-bener mencium aromanya
DeleteAku baru punya gambaran tentang tembakau srintil nih. Aku jadi penasaran untuk melihat sendiri & merasakan aroma tembakau srintil yg enak itu. Kira2 panennya kapan yo mas?
ReplyDeleteini lagi musim panen mbak, kalau pingin tahu kapan-kapan main ke temanggung saya anter ke petaninya
DeleteTembakau srintil ini tembakau terbaik dan termahal di dunia katanya ya?😅soalnya kualitasnya benar-benar terbaik
ReplyDeletekatanya memang segitu, di harga pabrik biasanya sampai 500rb per kg
DeleteSaya baru tahu tentang tembakau Srintil dari Desa Tilir. Unik banget ya itu tembakau, saya kira apaan itu yang bentuk bulat hitam, ternyata tembakau asli Srintil.
ReplyDeletemamang banyak yang gak ngira, apalagi kalau mencium aromanya
DeleteJadi penasaran bahas tembakau srintil gimana bisa jadi srintil hehehe
ReplyDeletenah itu, banyak faktornya dan faktor keberuntungan juga besar di sini
DeleteWah pada masanya pernah lebih tinggi dari harga emas. Kemarau panjang sepertinya bisa menjadi berkah bagi sebagian masyarakat. Salah satunya bisa panen tembakau srintil lebih banyak, nih
ReplyDeleteiya, samapai ada yang menjuluki daun mas Temanggung
DeleteKalau menyaksikan rumah-rumah besar di desa seperti itu, ini bisa jadi indikasi penduduknya sudah makmur dan sejahtera.
ReplyDeletekelihatnnya memang sudah makmur, tapi ternyata masih banyak menyisakan masalah
DeleteOwalah begitu toh bentuk tembakau srintil, saya jadi penasaran sama aromanya pasti sedep bgt deh karena kopi temanggung yang wangi tembakau saja sudah bikin saya betah menghirup aromanya hehe
ReplyDeletewah sudah merasakan kopi temanggung ya...harus kesini biar bisa mencium aromanya
DeleteWah, desanya ternyata makmur ya penduduknya berkat tembakau srintil, bak emas hitam..beruntung bisa lihat langsung festivalnya yang unik ya
ReplyDeleteiya, kelihatnanya makmur dan memang sudah jadi kebiasaan bikin festival keren ini
DeleteWahceritanya menarik banget mas. Aku kaya menemui titik penasaran dimana aku harus kesana langsung buat dapetin cerita.
ReplyDeleteAku bukan perokok sih, tapi aku besar di desa yang juga sebagian besar petaninya bercocok tanam tembakau. Jadi ya seperti kopi, tembakau bagi ku punya aroma nya sendiri sebelum jadi rokok. hehehe
ayo main kesini, besok langsung ke petaninya, keren sepertinya
DeleteWow... Nilai tembakau lebih mahal dari emas... Seru banget ya bisa mengabadikan dan lihat langsung festival seperti ini dan aku jadi tau dari ceritanya deh.
ReplyDeletedulu memang harga tembakau gila bener dah, iya suka juga dengan budaya lokal gini
Delete