Festival Lembutan Bansari, Mengenalkan Kembali Pengolahan Tembakau Tempo Dulu


Festival Tembakau Lembutan Bansari Temanggung
Mas Nur dan Vega  sebagai Pasangan Peserta Lomba Merajang dan mengajang Tembakau Lembutan di Festival Lembutan Bansari


Semua mata tertuju pada mas Nur dan Vega, peserta lomba merajang dan mengajang Tembakau Lembutan. Mereka nampak berbeda dari peserta lainnya. Ikat kepala yang dikenakan Mas Nur membuatnya terlihat keren. pun Gobang yang dibawa menjadikannya tambah sangar.  tampilan Mas Nur disempurnakan oleh Vega, pasangannya dalam lomba. Remaja putri ini Nampak anggun dengan kebaya dan jarik yang dikenakan. Bahkan Caping yang dipakainya tak menutupi sinar paras ayu wajahnya, malah dia nampak lebih manis khas wajah bunga desa seperti di Ftv.
Panggung itu seperti milik mereka. Semua mata kamera terfokus pada tampilan mereka. Dua pasangan lainya tak terlalu banyak yang menghiraukan, kecuali mata juri yang akan menilai. Ya pantas saja hal ini terjadi,  inilah yang unik dan belum ada sebelumnya. Biasanya Perajang saat mengolah tembakau akan berbalut baju yang banyak "mingsri", hitam dan kotor. kali ini mereka keren. Tetapi tampilan bukan penilaian pokok dalam lomba ini. Hasil rajangan dan anjangan yang akan menentukannya.
Mas Nur mulai mempersiapkan diri diatas Cacaknya.  Bila kalian belum tahu, Cacak adalah alat utama merajang tradisional. Bagi kalangan anak jaman sekarang pasti jarang mendengar istilah ini. Sekarang perajang sudah menggunakan mesin yang bisa lebih cepat dan tidak melelahkan.
Setelah Aba-aba di mulai Mas Nur mulai mengayunkan Gobangnya. Perlahan mengiris tembakau yang keluar dari mulut Cacak. Tembakau lembutan mulai dihasilkan. Vega pasangannya kadang merapikan hasil rajangan agar tidak tercecer. oh ya Gobang adalah istilah pisau besar khusus untuk mengiris tembakau.

Festival Tembakau Lembutan Bansari Temanggung
Vega, sedang menganjang Tembakau Lembutan di Festival Lembutan Bansasri

Setelah selesai merajang, para juri pun mulai menilai hasilnya. Dengan teliti mengangkat sedikit hasil rajangan dan dilihat hasilnya, seberapa besar irisannya dan kerataan besarnya. setelah selesai barulah Vega menganjang di Rigen yang sudah disiapkan.
Anjangan yang dinilai adalah yang berupa tapih, atau anjangan yang ditata memanjang. tujuannya adalah agar terlihat warna dan bentuk tembakau lembutan nantinya setelah kering. Tidak memakan waktu lama, Vega dengan sigap cepat menyelesaikan anjangannya.
Lomba ini akan nampak sederhana di kalangan orang Temanggung, apalagi mereka para petani Tembakau. kegiatan Merajang dan Menganjang sudah biasa mereka lakukan. Tapi kali ini beda. ajang ini pasti akan mengingatkan mereka pada cara tradisional yang sudah lama ditinggalkan beberapa tahun belakangan. apalagi Cacak sudah lama ditinggalkan. Dulu Cacak menjadi ikon yang khas, bentuknya juga sering dimodifikasi agar good looking. Sekarang menjadi barang antik yang keluar dua hari sekali dalam setahun, itu saja hanya untuk merajang tembakau lembutan untuk memuaskan diri dengan hasil ladang sendiri.
Beruntung saya bisa ngobrol dengan Vega setelah dia merampungkan Lomba. Wajah yang memerah karena sedikit malu menjadi pusat perhatian bercampur dengan rasa bangga, saat saya tanya sejak kapan dia bisa mengajang?. Jawabnya “dari kecil mas sudah bisa, kan kalau perempuan gunung sudah biasa dengan ini semua”. gadis umur 19 tahun ini juga menceritakan rasa bangganya bisa tampil mewakili desanya dalam ajang lomba mengajang di Festival Lembutan. “ini yang pertama kali dan ternyata menarik dan seru. Bahkan tak menyangka bakal seramai ini” tuturnya.

***


Festival Lembutan ini baru pertama kali diadakan di Bansari, bahkan belum ada di daerah lain. Festival Lembutan ini sedikit asing didengar memang, malah banyak yang salah paham dengan kata Lembutan. Banyak yang menyangka bahwa Lembutan ini adalah lelembut atau mahluk ghhoib. Dikiranya bakal ada banyak penampilan berbagai makhluk ghoib semacam Genderuwo ataupun Kuntilanak, semua anggapan itu salah.

Festival Tembakau Lembutan Bansari Temanggung
Panggung hiburan, salah satu penampilan dari band indi

Festival Tembakau Lembutan Bansari Temanggung
Salah satu stand potensi desa di Bansari

Lembutan sendiri adalah sebuah istilah untuk menyebut Tembakau yang dirajang halus. Di kalangan orang Temanggung, Lembutan biasanya jenis olahan tembakau untuk dikonsumsi sendiri, para petani biasanya tidak banyak mengolah Tembakau Lembutan ini, hanya untuk persediaan merokok satu tahun saja.
Inisiatif untuk membuat Festival Lembutan ini berasal dari mas Agus dan kawan-kawan. Mereka ingin mengembalikan kejayaan Tembakau pada tahun 70an. Dulu banyak orang berburu Tembakau lembutan dengan harga yang mahal, tembakau lembutan garangan istilahnya. Dengan Festival ini, mereka ingin mengembalikan ingatan orang-orang bahwa Tembakau Temanggung khuususnya di Bansari mempunyai kualitas yang bagus dengan harga yang mahal. Mereka juga ingin menjaga semangat para petani yang akhir-akhir ini dipusingkan dengan harga tembakau yang tidak menentu.
Tujuan lainnya, ingin juga mengiatkan dan memperkenalkan budaya lama yaitu merajang secara tradisional dengan Cacak dan Gobang agar tidak punah begitu saja. seperti tadi yang saya ceritakan di atas bahwa banyak yang tidak tahu dengan istilah Cacak dan Gobang. Bahkan sudah jarang yang bisa merajang tembakau dengan Cacak. Dari panitia sendiri juga menyediakan miniatur Cacak yang bisa kita miliki, keren pokoknya.
Festival Lembutan ini selain mengadakan Lomba Merajang dan Menganjang Lembutan, ada stand-stand Potensi desa se-kecamatan Bansari. Berbagai produk unggulan desa disajikan disini Terutama tembakau lembutan yang bisa kita coba rasanya. Semua juga bisa kita beli dengan berbagai macam harga, sesuai dengan kualitas tembakaunya, mulai dari Rp. 50.000 – Rp. 450.000. Penikmat Tembakau Lembutan seperti dimanjakan ditempat ini. Semua bisa santai menikmati dan menelusuri kualitas-kualitas Tembakau yang luar biasa. Dan yang jelas meraka akan tahu di tempat ini masih ada tembakau yang layak di hargai tinggi.

Festival Tembakau Lembutan Bansari Temanggung
jenis-jenis Tembakau yang bisa dicoba, dengan harga berkisar Rp. 50.000 - Rp. 450.000

terlihat seorang pengunjung yang sedang memlih Tembakau Lembutan untuuk di beli

Festival Tembakau Lembutan Bansari Temanggung
Slempen atau tempat tembakau dan segala perlengkapan untuk melinting, ini menjadi oleh-oleh khas Temanggung

Beberapa hiburan juga disediakan Panitia untuk menghibur pengunjung setelah berkeliling mencari Tembakau Lembutan buruannya. Beberapa band lokal menyajikan musik-musik tren di kalangan anak muda. Ada juga seni tari Kuda Lumping yang menghibur semua kalangan yang hadir. Acara yang tadinya kurang mendapat perhatian oleh para pemangku kebijakan di Bansari menjadi sangat ramai diluar ekspetasi semuanya. Bahkan dari mas Agus ketua Panitia sendiri yang beberapa hari setelah penyelenggaraan bercerita kepada saya. Banyak juga Tembakau Lembutan yang terjual, bahkan ada yang berhasil menjual sampai 30 kg dengan harga Rp. 300.000. tak terlihat ternyata festival ini terdapat perputaran uang yang luarbiasa.
Di tahun-tahun berikutnya, Mas Agus dan kawan-kawan berjanji akan mengadakan Festival Lembutan yang lebih Meriah dari tahun ini. Layak untuk kita nantikan Festival Lembutan berikutnya, apalagi bagi kalian yang belum datang kemarin di Festival Lembutan yang pertama ini.

Festival Lembutan
Lapangan Bansari, Desa Bansari Temanggung
10 Oktober 2018










Post a Comment

2 Comments

  1. Karena prosesnya masih tradisional itu makane kualitas tembakaune dadi apik ya, Mas? Kira-kira gitu ya?
    Ditambah Temanggung hasil mbako-ne cocok untuk cerutu, bukan sebatas rokok biasa.

    ReplyDelete
  2. bukan karena tradisionalnya, tetapi mang kualitas tembakau daerah sini mamang bagus.
    ini hanya membangkitkan dan mengingatkan saja cara lama mengolah tembakau.

    tembakau tanggung malah tidak untuk cerutu, soalnya terlalu tebal, tidak bisa buat cerutu,

    ReplyDelete