Sebuah Perayaan Makan di Warung Lik Cil

Warung Lik Cil Temanggung



Keraguan langsung menyelimuti pikiran saya. Jalan yang ditunjukkan seorang ibu yang sedang membersihkan halaman mengarah ke jalan persawahan. “ajeng ke Warung Lik Cil Mas??” tanya ibu itu ketika saya dan mbak Dini terlihat bingung. “nggih bu, lewat pundi nggih?” jawab saya. Ibu itu pun langsung mengarahkan saya “parkir mriku mawon mas, nanti lewat dalan niku ”. Sedikit ragu memang, bener ada warung makan gak disitu?. Setelah melihat ada tulisan petunjuk arah dengan tulisan Warung Lik Cil keraguan itu pun sirna. Saya bersama mbak Dini langsung berjalan melewati jalan setapak menuju persawahan. Baru sepuluh langkah kami berjalan terlihat ada sebuah bangunan yang unik, rumah kayu dengan dinding yang terbuat dari ayaman bambu dan atap yang ditutupi dengan jerami. Kesan tradisional langsung terasa. Dikelilingi oleh pagar yang ditumbuhi tumbuhan hijau, terlihat segar sekali rumah itu. Yang tak kalah keren adalah rumah ini berada di ujung desa dan seterusnya sudah persawahan.
Langsung saja kami masuk ke rumah ini. dinding depan rumah ini langsung menyapa kita dengan Tulisan “Omah Tani, Warung Lik Cil”. Berarti bernar inilah tempat yang sedang saya tuju. Setelah masuk kita langsung disambut oleh seorang pria muda ganteng dengan senyum yang semringah. Mas Luhur namanya. Mas Luhur langsung mempersilahkan saya dan mbak Dini untuk melihat-lihat dulu warung ini. Oh ya mbak Dini lah yang mengjak kesini sebenarnya. Dia sudah janjian sama mas luhur untuk datang ke Warung Lik Cil.

Jalan Menuju Warung Lik Cil

Warung Lik Cil nampak dari depan

spot paling hits untuk foto karena ada tulisannya "mangan ora mangan sing penting kumpul karo wong mangan"

Keliling-keliling di Warung makan ini saya sedikit tertegun dengan suasannya. Tenang, segar dan nyaman sekali. Mencoba duduk di sebuah kursi lawas yang terbuat dari ayaman rotan. Semilir angin sangat terasa di kulit wajah. Segar sekali angin disini. Angin dari persawahan padi yang indah. Tak ingin berlarut dalam kenyamanan bisa saja saya tidur disini “enak banget ya, suasanane mbak Din, marai pingin turu” ucap saya kepada mbak Dini yang juga sedang duduk di meja makan. “kalau mau lihat ke bagian atas boleh loh mas, bisa menginap di sini juga” sahut mas Luhur. Melihat ke lantai dua dari warung ini. Terdapat tempat luas untuk menginap bersama-sama. Fasilitasnya juga lengkap. Ada kasur dan tikarnya dan selimut.
“loh, aku kesini kan pingin makan, dari tadi kok aku gak lihat ada makanan ya??” gumam saya yang sedikit heran, namanya juga warung, biasanya makanan sudah ada dan tersedia berbagai macam menu masakan.  Disini saya tidak melihat samasekali makanan apa yang disajikan. Terlihat juga tempat reservasinya pun kosong, hanya ada satu kendi yang berisi air putih. Tak ada daftar menu yang menempel juga.

Mbak dini dan Bu Selsa sedang menanti hidangan yang akan disajikan. suasana warung juga nyaman
Bunga telang dan gelas lemon yang akan di sajikan dengan Teh telang 
Teh Telang warna hijau berwarna ungu setelah bercampur dengan lemon

“Ayo mbak kalau sudah siap kita mulai saja” sapa seorang pria dengan kaos hitam dan ikat kepala putih dari handuk. Mas Yudo Nugroho namanya. Dia adalah Chef di warung ini. Sesaat bu Selsa yaitu teman nulis saya dan mbak dini datang. Kita langsung menempati tempat makan yang berada di tengah. Meja makan dengan taplak meja coklat yang artistik dan juga hiasan bunga segar membuat kesan yang indah meja makan. Sembari penasaran menumakanan apa menu yang bisa saya pesan.
Chef Yudo keluar dari balik pintu sebelah tempat reservasi dengan membawa sebuah teko. Tak lupa juga tiga gelas besar dibawanya. “ini adalah minuman pembuka, sebulumnya untuk menetralkan mulut, saya anjurkan untuk minum air putih hangat dulu” tutur Chef Yudo. Lasung saja saya minum, sesuai anjuran. Setelah beberapa saat Chef Yudo membawakan kita sebuah teko lagi. Ini adalah minuman selamat datang yang sebenarnya. Yaitu Teh Telang. Ada yang tahu apa itu tumbuhan atau bunga telang??. chef Yudo pun menjelaskan. Bunga atau tumbuhan ini sering tumbuh liar sebenarnya, dipinggir-pinggi kali. Bunganya berwarna ungu.  Disini dibuat teh. Warna miuman teh telang ini hijau, dan tidak ada arasanya. Teh ini sangat bermanfaat bagi mereka dengan keluhan asam lambung. Setelah dicampur dengan lemon, daun min, sereh dan gula. Warnanya berubah menjadi ungu penampilanya pun menjadi lebih menarik. rasanya juga menjadi lebih enak. Asam, manis dan segar bercampur dalam mulut. Begitu terasa sekali di tenggorokan aliran minuman ini.

sajian pertama, Kimpul Vulcano
sajian ketiga, Gedhek Klompong

Setelah menikmati teh Telang, Chef Yudo menyajikan buah-buhan untuk kita santab selanjutnya. Potongan pepaya dan mangga di lengkapi dengan pasta atau semacam saos. Saya coba saosnya, karena ini yang menarik bagi saya. Ternyata saosnya masih original banget rasa ubi rambat. Lumer dimulut dan manis. Tak butuh lama untuk menghabiskan sajian ini.  “Sudah cukup untuk sajian yang pertama ini??” tanya chef Yudo sambil mengacungkan tangang agar piring-piring bisa di ambil. “loh ini berarti kita makan dengan makanan yang sudah dimasakan? Dan tidak ada menu-menu masakan warung ini? tak kira semua ini baru pembukaan dan nanti kita mau pesan apa” gumam saya dalam hati. Benar saja konsep dari Warung Lik Cil ini berbeda dengan warung-warung pada umumnya. Malah disini lebih seperti restoran di hotel-hotel yang terserah shefnya mahu masakin apa. Kita tinggal santap saja, dan kita coba. Sajian yang pertama?? Berarti akan ada sajian-sajian berikutnya?? Menjadi sangat penasaran saya. Makanan apa saja yang akan kita santab.
 Terlihat chef Yudo muncul lagi dari balik pintu sebelah reservasi. Mungkin itu adalah pintu menuju dapur. Membawakan kita sajian berikutnya sambil berkata “untuk tema merayakan makan kali ini adalah Varian Karbohidrat. Makan itu patut untuk kita rayakan, karena proses menuju makan sangatlah panjang,mulai dari menanam, memanen, mengolah hingga sampai di meja makan, maka patutlah makan itu harus kita rayakan. Dan yang akan saya sajikan adalah makanan dengan kandungan karbohidrat tinggi”. Disambung dengan sajian kedua yaitu “Kimpul Vulcano”.
Kimpul Vulcano adalah makan yang terbuat dari Kimpul (talas) yang direbus dan dibentuk seperti gunungan kecil. Tengahnya terdapat lubang seperti kawah gunung yang isinya saus berwarna coklat yang terbuat dari kopi arabika. Dilihat dari tampilannya sangat unik. Bikin air liur membanjiri mulut. Rasanyapun pecah. Rasa asin talas dicampur asemnya kopi arabika beradu dalam mulut. Makanan ini tidak bikin seret. Padahal ini adalah talas yang biasanya seret dimakan. Kimpul Vulcano ini teksturnya lembut dan unik rasanya. Lasung dibabat habis sajian ini.
Lanjut ke sajian yang ketiga, chef Yudo kali ini menyajikan “Gedhek Klompong”. Kalau orang-orang desa pasti tidak asing dengan istilah Klompong. Yaitu batang dari daun talas yang biasanya berwarna ungu. Disni batang daun talas dimasak dengan bumbu yang sangat meresap dan dijadikan topping untuk ketang rebus yang dihaluskan dan dibentuk kotak. “iki klompong mas??” kata bu selsa setelah dengar penjelasan Chef Yudo bahwa yang dimakannya adalah Klompong. “dulu saya tidak doyan loh, kok ini beda banget ya, enak” sambung bu selsa. Secara tampilan klompongnya menipu saya, saya kira ini adalah terong yang di iris. Rasanyapun mirip dengan terong. Tapi ternyata ini adalah klompong batang daun talas. Bumbu-bumbunya mantab, menjadikan makan ketang yang hanya manis rasanya menjadi punya fariasi rasa.

sajian ke empat, Mishmash yang pecah di mulut
Tempe Udang Kecombrang
Nasi Balun dan lauk Jantung pisang

Sajian yang ke empat adalah “Mishmash”. Makanan ini Tampilanya tidak sebegitu membuat saya penasaran. Hanya bulat biasa dan diatasnya sedikit ada saus serta dikasih hiasan bunga. Karena ini kecil langsung saja saya makan sekali. Rasanya bikin kaget ternyata. Rasa tomat segar dengan bumbu yang pecah keseluruh mulut mengalahkan rasa semua bahan dari Mishmash ini. Padahal cangkangnya terbuat dari ubi rambat yang biasanya bikin seret kalau dimakan, tapi kali inibener-bener beda. Makanan ini menjadi favorit saya kali ini.
Beranjak ke sajian ke lima. “banyak ya mas yang dimakan” cletuk saya. “masih ada tiga masakan lagi loh dengan yang ini” jawab Chef Yudo. “What?? Mari kita nikmati saja” gumam saya dalam hati. Sajian yang ke lima adalah “Tempe Udang Kecombrang”. Makanan kali ini sudah jelas dari namanya saja sudah terlihat bahanya yaitu Tempe, udang dan daun kecombrang. Mungkin yang jarang saya makan adalah kecombrang. Tumbuhan liar yang biasanya ditepi sawah ini menjadi sangat nikmat dengan bumbu yang sangat pas. Udangnya juga ikut andil rasa memecah getir daun kecombrang. Perpaduan yang pas. Tempenya juga lembut sekali dirasa dalam mulut.  Belum ada celah lagi dari masakan chef Yudo ini. Sejauh ini rasanya bikin kaget lidah saya.
Berlanjut ke masakah yang selanjutnya atau yang ke Enam. Kali ini makan berat karena saya lihat ada Nasinya. Nasi Balun namanya. Diberi nama Nasi Balun karena nasi atau berasnya ini berasal dari daerah Balun, atau kampung warung ini berada. Yang meranik dari sajian ini adalah lauknya. Jatung pisang dengan bumbu yang melimpah. Nampak seperti pepes. Rasa getir jantung sama sekali tidak ada. Semuanya kalah dengan bumbu yang sangat meresap. Makan masakan ini seperti makan daging pepes saja. bener-bener cocok untuk pengganti daging. Jelas lebih sehat. Dan penampakannya sungguh menggiyurkan. Mirip masakan nenek kala dulu. Jarang sekarang yang pintar masak jantung pisang. karena untuk menghilangkan rasa getirnya tidak mudah.

sajian Penutup, yang terbuat dari pisang tonto

nyamnya suasana sore Warung Lik Cil
Menikmati suasana yang nyaman di Warung Lik CIl
suasana yang syahdu di pinggir sawah

Tiba saatnya sampai ke sajian penutup, walau perut sudah kenyang rasa penasaran makan makanan penutup ini tidak boleh terlewatkan. Sebuah sajian pisang tonto rebus yang dihaluskan dan diberi taburan kayu manis dan hiasan daun min membuat sajian ini menarik. Rasanya manis dan lembut. Pisang tonto yang biasanya ada rasa getahnya disini hilang dan nikmat.
Ternyata makan disini mantab sekali. Suasananya juga enak, nyaman dengan masakan yang juga luarbiasa. Tampilan menarik, rasa yang mantab dan bahan-bahan biasa yang tak terduga. Patut untuk saya coba kembali agar bisa merasakan makannan lainnya yang di sajikan chef Yudo dan kawan-kawan. Oh ya untuk harga semua sajian yang saya nikmati itu hanya Rp. 35.000,- / net. Murah kan. Kalau disini rombingan seru pasti.


Sambil menikmati sore yang semakin tenang dan nyaman saya ngobrol dengan chef Yudo. Warung ini dinamakan Warung Lik Cil karena warung ini diambil dari sebutan Chef Yudo, Pak lik, dia sudah menjadi paman. Makanya disebut pak lik. Tapi disisi lain Chef Yudo itu masih kecil, atau masih muda makanya disebutnya Lik Cil atau singkatan dari Pak lik Cilik. Silahkan coba kesini untuk menikmati makanan-makanan dengan bahan olahan pasar dan sawah sekitar atau bisa disebut bahan olahan Lokal yang akan disajikan secara menarik dan lezat dan bernutrisi pastinya. Oh ya jangan lupa reservasi dulu ya kalau mau kesini.


Warung Lek Cil
alamat: 
Balun, Caruban, Kandangan Kab. Temanggung.
Reservasi:
WA. 081210978331

     
 
Foto bersama para penelola Warung Lik Cil



Post a Comment

6 Comments

  1. Mas yudo pake iket kepala gitu kayak chef jepang😂
    Aku sempet ketemu mas yudo dulu. Sama mbak meida managernya spedagi homestay.

    Sampe sana aku jg kaget, lho kok sepi. Namanya warung makan dalam benakku pasti ramai dan buka terus.

    Nah yg jadi pertanyaan, kalo makan di sana itu kapan bukanya mas 😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, dan kerennya mereka selalu berinofasi, benerw orang yang punya idialisme keren

      bukanya jam 7-17 loh, coba saja, tapi enaknya reservasi dulu

      Delete
  2. Wehhh.. 35ribu nett??
    Besok main2 kesana lahh..
    Tp harus reservasi dulu artinya tmptnya terbatas ya??

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya main sini, masakannya mantab

      reaervasi bukan karena tempatnya terbatas, tapi agar disiapkan masakan-masakannya jadi setiap pengunjung bisa sepesial masakanya

      Delete
  3. Bajindul asli lebih mirip koyo ning hotel ngono. Apalagi chefnya sendiri yang langsung menghidangkan makanannya. Wkwkw.
    Bahkan tampilannya jauh dari kata "Warung" :)))

    ReplyDelete
    Replies
    1. pokoknya unik kan, sini main loh ke Temanggung lagi

      Delete